TUGAS
Lembaga Hubungan Internasional
“Perang Dunia”

Dosen
Pembimbing :
Dr. Acep
Supriadi ,M.pd.,M.A.P.
Di Susun Oleh:
Nama
: SIRAJATUL HUDA
NIM
: A1A215035
PRODI PENDIDIKAN PANCASILA
DAN KEWARGANEGARAAN
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU
PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMBUNG
MANGKURAT
BANJARMASIN
2016
A.
Perbedaan
Iklim Hubungan Kerja Sama Ketika Perang Dunia Pertama dan Perang Dunia Kedua
Perang dunia
petama ini melibatkan semua kekuatan
besar dunia, yang terbagi menjadi dua aliansi bertentangan, yaitu Sekutu (berdasarkan Entente Tiga
yang terdiri dari Britania Raya, Perancis,
dan Rusia)
dan Blok Sentral
(terpusat pada Aliansi Tiga yang terdiri dari Jerman,
Austria-Hongaria, dan Italia;
namun saat Austria-Hongaria melakukan serangan sementara persekutuan ini
bersifat defensif, Italia tidak ikut berperang). Kedua aliansi ini melakukan
reorganisasi (Italia berada di pihak Sekutu) dan memperluas diri saat banyak
negara ikut serta dalam perang. Lebih dari 70 juta tentara militer,
termasuk 60 juta orang Eropa, dimobilisasi dalam salah satu perang terbesar
dalam sejarah. Lebih dari 9 juta prajurit gugur, terutama akibat
kemajuan teknologi yang meningkatkan tingkat mematikannya suatu senjata tanpa
mempertimbangkan perbaikan perlindungan atau mobilitas. Perang Dunia I adalah konflik
paling mematikan keenam dalam sejarah dunia, sehingga membuka jalan
untuk berbagai perubahan politik seperti revolusi di beberapa negara yang
terlibat.
Setelah
perang, Konferensi Perdamaian Paris
memberlakukan beberapa perjanjian damai terhadap Blok Sentral. Perjanjian Versailles 1919 secara resmi
mengakhiri perang ini. Ditandatangani di Titik ke-14 Wilson,
Perjanjian Versailles juga mencetuskan berdirinya Liga Bangsa-Bangsa pada tanggal 28 Juni 1919.
Dalam penandatanganan perjanjian, Jerman mengaku bertanggung jawab atas perang
ini dan setuju membayar perbaikan perang dalam
jumlah besar dan memberikan sejumlah teritori ke pihak pemenang. "Tesis
Rasa Bersalah" menjadi penjelasan kontroversial mengenai
peristiwa-peristiwa terakhir di kalangan analis Britania dan Amerika Serikat
Perjanjian Versailles menimblkan ketidakpuasan luar biasa di Jerman, yang
dieksploitasi gerakan nasionalis, terutama Nazi, dengan teori
konspirasi yang mereka sebut Dolchstosslegende (legenda pengkhianatan). Kesultanan
Utsmaniyah pecah, dan sebagian besar teritori non-Anatolianya
diberikan ke berbagai negara Sekutu dalam bentuk protektort. Turki sendiri
disusun ulang menjadi Republik Turki. Kesultanan Utsmaniyah dipecah-pecah oleh Perjanjian Sèvres tahun 1920. Perjanjian ini
tidak pernah diratifikasi oleh Sultan dan ditolak oleh gerakan
republikan Turki, sehingga memunculkan Perang Kemerdekaan Turki dan berakhir
dengan Perjanjian Lausanne tahun 1923.
Sedangkan
Perang
dunia kedua ini melibatkan banyak sekali negara di dunia
termasuk semua kekuatan besar yang pada akhirnya membentuk
dua aliansi militer
yang saling bertentangan: Sekutu dan Poros.
Perang ini merupakan perang terluas dalam sejarah yang melibatkan lebih dari
100 juta orang di berbagai pasukan militer.
Dalam keadaan "perang total", negara-negara besar
memaksimalkan seluruh kemampuan ekonomi, industri, dan ilmiahnya untuk
keperluan perang, sehingga menghapus perbedaan antara sumber daya sipil dan
militer. Ditandai oleh sejumlah peristiwa penting yang melibatkan kematian
massal warga sipil, termasuk Holocaust
dan pemakaian senjata nuklir dalam
peperangan, perang ini memakan korban jiwa sebanyak 50 juta sampai 70 juta jiwa.
Jumlah kematian ini menjadikan Perang Dunia II konflik paling mematikan
sepanjang sejarah umat manusia.
Di Eropa,
Jerman dan Italia semakin keras. Pada bulan Maret 1938, Jerman menganeksasi
Austria, lagi-lagi mendapat sedikit perhatian dari
kekuatan-kekuatan Eropa lainnya.[38]
Semakin tertantang, Hitler mulai menegaskan klaim Jerman atas Sudetenland,
wilayah Cekoslowakia yang didominasi oleh etnis Jerman;
dan Perancis dan Britania segera memberikan wilayah ini ke Jerman melalui Perjanjian
Munich, yang dibuat melawan keinginan pemerintah Cekoslowakia,
dengan imbalan janji tidak meminta wilayah lagi.[39]
Sesaat setelah perjanjian ini, Jerman dan Italia memaksa Cekoslowakia menyerahkan wilayah
tambahan ke Hongaria dan Polandia.[40]
Pada bulan Maret 1939, Jerman menyerbu sisa Cekoslowakia
dan membelahnya menjadi Protektorat Bohemia dan Moravia
Jerman dan negara klien pro-Jerman bernama Republik Slovak.
Terkejut, ditambah Hitler
menuntut Danzig, Perancis dan Britania Raya menjamin
dukungan mereka terhadap kemerdekaan Polandia; ketika Italia menguasai Albania pada bulan April
1939, jaminan yang sama diberikan untuk Rumania dan Yunani.
Tidak lama setelah janji Perancis-Britania kepada
Polandia, Jerman dan Italia meresmikan aliansi mereka sendiri melalui Pakta Baja.
Bulan Agustus 1939, Jerman dan
Uni Soviet menandatangani Pakta Molotov Ribbentrop, sebuah
perjanjian non-agresi dengan satu protokol rahasia. Setiap pihak memberikan
haknya satu sama lain, "andai terjadi penyusunan wilayah dan
politik," terhadap "cakupan pengaruh" (antara Polandia dan Lituania
untuk Jerman, dan Polandia
timur, Finlandia, Estonia, Latvia, dan Bessarabia
untuk Uni Soviet).
Pakta ini juga memunculkan pertanyaan tentang keberlangsungan kemerdekaan
Polandia.
B.
Penyebab
Terjadinya Perang Dunia Pertama dan Perang Dunia Kedua
1.
Perang Dunia
Pertama
Dimulai di Eropa Tengah pada akhir
Juli 1914, termasuk faktor saling terkait, seperti konflik dan permusuhan dari
empat dekade menjelang perang. Militerisme,
aliansi, imperialisme,
dan nasionalisme
juga memainkan peran utama dalam konflik ini. Meskipun begitu, asal usul
langsung dari perang terletak pada keputusan yang diambil oleh para negarawan
dan jenderal selama Krisis 1914, casus belli
yang merupakan pembunuhan
Archduke Franz Ferdinand dari Austria
dan istrinya oleh Gavrilo Princip, seorang Serbia.
Krisis itu
terjadi setelah serangkaian pertikaian diplomatik yang panjang dan sulit antara
negara-negara besar (Italia, Prancis, Jerman, Kerajaan
Inggris, Kekaisaran Austria-Hongaria dan Rusia) atas isu-isu Eropa
dan kolonial di dekade sebelum 1914 yang telah meninggalkan ketegangan tinggi.
Pada gilirannya, bentrokan diplomatik ini dapat ditelusuri dengan perubahan
keseimbangan kekuatan di Eropa sejak tahun 1867.[2]
Penyebab lebih cepat untuk perang adalah ketegangan atas wilayah di Balkan.
Austria-Hungaria bersaing dengan Serbia dan Rusia untuk wilayah dan pengaruh di wilayah ini dan mereka
menarik seluruh negara-negara besar ke dalam konflik melalui berbagai aliansi
dan perjanjian.
Pada bulan
November 1912, karena Rusia dipermalukan oleh ketidakmampuannya untuk mendukung Serbia
selama krisis Bosnia pada 1908 dan Perang Balkan
I, negara itu mengumumkan rekonstruksi militernya secara
besar-besaran. Pada tanggal 28 November, Menteri Luar Negeri Jerman, Gottlieb von Jagow
mengatakan kepada Reichstag (parlemen Jerman), bahwa "Jika Austria
dipaksa, untuk alasan apa pun, untuk memperjuangkan posisinya sebagai negara
adidaya, maka kita harus mendampinginya."[3]
Akibatnya, Menteri Luar Negeri Inggris Sir Edward Grey menanggapi
dengan memperingati Pangeran Karl
Lichnowsky, Duta Besar Jerman di London,
bahwa jika Jerman menawarkan Austria "cek kosong" untuk perang di
Balkan, maka "konsekuensi dari kebijakan tersebut tak akan bisa
dihitung." Untuk mempertegas peringatan ini, R.B. Haldane,
Lord Chancellor, bertemu dengan Pangeran Lichnowsky untuk memberi peringatan
eksplisit bahwa jika Jerman yang menyerang Perancis,
Inggris akan mengintervensi untuk mendukung Perancis.
2.
Perang Dunia
Kedua
Penyebab utama dalam jangka panjang adalah tumbuhnya fasisme
Italia pada tahun 1920-an, militerisme Jepang serta serangannya
terhadap Tiongkok
pada tahun 1930-an,
dan secara khusus, perebutan kekuaasaan politik di Jerman
pada tahun 1933
oleh Adolf Hitler
dengan partainya, Nazi,
serta kebijakan politik luar negerinya yang agresif. Penyebab langsung adalah Britania
dan Perancis
menyatakan perang terhadap Jerman setelah Jerman menyerang Polandia pada bulan September
1939.
- Kegagalan Liga Bangsa-bangsa (LBB) dalam menciptakan perdamaian dunia. LBB bukan lagi alat untuk mencapai tujuan, tetapi menjadi alat politik negara-negara besar untuk mencari keuntungan. LBB tidak dapat berbuat apa-apa ketika negara-negara besar berbuat semaunya, misalnya pada tahun 1935 Italia melakukan serangan terhadap Etiopia dan jepang seragan terhadapt manchuria
- Negara-negara maju saling berlomba memperkuat militer dan persenjataan. Dengan kegagalan LBB tersebut, dunia Barat terutama Jerman dan Italia mencurigai komunisme Rusia tetapi kemudian Rusia mencurigai fasisme Italia dan nasionalis-sosialis Jerman. Oleh karena saling mencurigai akhirnya negara-negara tersebut memperkuat militer dan persenjataannya.
- Adanya politik aliansi (mencari kawan persekutuan). Kekhawatiran akan adanya perang besar, maka negara-negara mencari kawan.
- Adanya pertentangan-pertentangan akibat ekspansi.
- Adanya pertentangan faham demokrasi, fasisme, dan komunisme.
- Adanya politik balas dendam Revanche Idea Jerman terhadap Perancis karena Jerman merasa dihina dengan Perjanjian Versailes.
C. Analisis (Mungkinkah Terjadi Perang Dunia Ketiga)
Walaupun
gencatan senjata dan perjanjian damai telah ditanda tangani oleh beberapa pihak
yang terlibat dalam kejadian perang tersebut, akan tetapi sampai saat ini
peperangan masih saja terjadi, sehingga tidak menutup kemungkinan perang dunia ketiga akan terjadi dan dipastikan bumi
akan berubah menjadi debu, hal ini sama seperti apa yang telah dikutip Albert Einstein.
Albert Einstein pernah berkata bahwa
“Saya tidak tahu senjata apa saja yang dipergunakan dalam perang dunia ke tiga
ini. Dia juga mengatakan bahwa perang dunia keempat akan berlangsung dengan
persenjataan tongkat dan batu.”
Perang
Dunia 3 akan dipicu terutama akibat fanatisme agama. Energi-energi ngatif
tingkat tinggi akan menggunakan kelemahan ini pada manusia untuk mendorong
mereka melewati batas dan menghasut negara-negara untuk berperang satu sama
lainnya.
D. Persoalan-persoalan
Lebih dari 9 juta prajurit gugur,
terutama akibat kemajuan teknologi yang meningkatkan tingkat mematikannya suatu
senjata tanpa mempertimbangkan perbaikan perlindungan atau mobilitas. Perang
Dunia I adalah konflik paling
mematikan keenam dalam sejarah dunia, sehingga membuka jalan
untuk berbagai perubahan politik seperti revolusi di beberapa negara yang
terlibat. Perang Dunia II memakan korban jiwa sebanyak 50 juta sampai 70 juta jiwa.
Jumlah kematian ini menjadikan Perang Dunia II konflik paling mematikan
sepanjang sejarah umat manusia.
E.
Solusi
Solusi untuk mencegah
terjadinya perang dunia 3 ini adalah setiap atau sebuah negara harus lebih
memperhatikan kemajuan dalam segala bidang khususnya teknologi dan juga
kekuatan militer dalam setiap negara karena kekuatan militer ini sangatlah
penting untuk berjaga-jaga apabila alan terjadi perang mendadak.
SUMBER
https://id.wikipedia.org/wiki/Perang_Dunia_Ihttps://id.wikipedia.org/wiki/Perang_Dunia_II
Tidak ada komentar:
Posting Komentar